a world that you've never met

[TOMS.2] La Douleur Exquise

La Douleur Exquise

written by missfishyjazz

Goo Junhwe [iKON] & Kim Seolhyun [AOA]

—hurt

thanks to : LIGHTLOGY for the super cutie poster❤

2B copy

Hari ini daun pertama di musim gugur jatuh tepat di bawah kaki Seolhyun. Ia bisa melihat daun jingga pohon maple yang tumbuh di seberang gedung agency nya mulai berguguran dengan manis. Matanya juga dapat menangkap dua pasang kekasih yang berpapasan tak sengaja di bawahnya. Satu pasangan sibuk menggenggam tangan satu sama lain. Pasangan lainnya lebih romantis, si pria tidak sungkan menggenggam tangan kekasihnya dan meletakkan kedua tangan mereka dalam saku mantelnya. Seolhyun tersenyum, antara tak mampu dan sedih.

“Kim Seolhyun, kau yakin tidak ingin ikut makan malam hari ini? Sajangnim bertanya lagi tadi.” Mina rekan satu timnya memasukkan sedikit kepalanya ke ruang tempat Seolhyun berada. Seolhyun hanya tersenyum dan menggeleng. Ia tidak terlalu berselera melakukan apa-apa hari ini.

“Seolhyun-aa, jangan sedih begitu terus.” Mina memutuskan masuk dan mengusap punggung gadis yang sudah ia anggap seperti adiknya itu.

Unnie, jika saja kita jauh lebih terkenal daripadanya apakah aku boleh mencintainya dengan lebih bebas?” Sebutir kristal bening itu mengalir begitu saja dari mata kecil Seolhyun yang sudah memerah semenjak tadi.

“Jika aku lebih terkenal, jika aku bekerja lebih keras hingga melewati Suzy sunbaenim, jika aku lebih berbakat dari semua idol di Korea, apakah aku boleh mencintainya tanpa rasa takut?”

“Seolhyun-aa..” Mina rasanya juga ingin menangis melihat adik kecilnya yang rapuh terus dirundung kesedihan.

“Ini menyesakkan. Aku tidak pernah mengeluh karena dilahirkan dengan suara biasa ataupun kemampuan menari yang ala kadarnya. Tapi kali ini… Kenapa kenyataan aku bukan apa-apa dibanding dia, sangat menyakitkan? Apakah aku bersalah lahir tanpa kemampuan sehebat dia?”

Seolhyun terduduk dengan tubuh yang masih bergetar. Ia tidak pernah sehancur ini. Kenapa setelah bertahun-tahun, menjadi Kim Seolhyun harus semenyakitkan ini? Kenapa setelah ratusan hari ia lalui semenjak debutnya, menjadi seorang idola harus seperih ini? Hatinya kebal akan segala cacian yang orang-orang di luar sana berikan. Telinganya sudah tidak bisa merasakan segala hinaan yang tidak jarang orang ucapkan. Ia sudah sampai di titik dimana ia terbiasa dengan semuanya. Tapi ketika ia mengetahui karena orang-orang tersebut, orang-orang yang ia abaikan karena terlalu banyak menyakitinya, kebahagiaan yang ia impikan justru terenggut, Seolhyun tidak bisa merasakan apapun selain kesakitan. Di dalam hati kecilnya, ia bahkan merasa sesak hanya dengan menarik napasnya.

 

Mereka sudah bersahabat untuk waktu yang lama. Cukup lama untuk membuat Seolhyun terjatuh dalam hal manis bernama cinta. Tapi Seolhyun tiba-tiba ditarik ke kenyataan ketika hari itu tiba. Hari itu seorang gadis datang padanya. Ia tidak berekspresi ataupun menatap mata Seolhyun ketika mereka berjumpa di dekat gerbang apartemennya, tapi Seolhyun tahu seberapa besar kebencian dan kejijikan gadis itu padanya dilihat dari jarak gadis itu ingin mengajak Seolhyun berbicara. Pada awalnya Seolhyun ingin mengabaikannya, seperti hari-hari lainnya, seperti orang-orang lainnya. Tapi gadis itu menyebut nama yang seharusnya tak mudah orang ketahui berkaitan dengannya.

 

“Goo Junhwe..”

 

Seolhyun ingat bagaimana ia langsung tertegun dan gadis tersebut langsung berdecak tapi masih tak menampakkan wajah dibalik hoodie gelapnya.

 

“Jangan dekati dia lagi, Jalang. Junhwe oppa sama sekali bukan kelasmu. Kau hanyalah itik buruk rupa yang tak mampu melakukan apapun selain dengan wajah menjijikkanmu itu, sementara dia adalah bulan.. tidak dia adalah matahari yang bersinar terang bagi aku dan penggemarnya. Aku tidak pernah mempermasalahkan Junhwe oppa ingin berkencan dengan siapa saja. Tapi tidak dengan gadis yang hanya bermodal tampang sepertimu, Jalang. Kau pikir siapa dirimu dan grupmu itu? Mau kalian bekerja sampai seluruh tulang kalian membelah dua, kalian tidak akan pernah berada di bawah sorotan lampu yang sama dengan Junhwe oppa dan grupnya. Jauhi dia. Jauhi dia sebelum kami yang menjauhi dia.”

 

Gadis itu pergi. Bersama airmata Seolhyun yang jatuh ke tanah kering di bawahnya. Angin menjelang musim gugur yang seharusnya memberi kesejukan hanya mampu menusuk tulang dan mendarat tepat di jantungnya. Memberikan perasaan bersalah aneh yang membuatnya sesak. Ia hanya ingin berteman dengan Junhwe pada mulanya. Ia suka bagaimana cara Junhwe berbicara dengannya, ia suka bagaimana mereka tidak pernah kehabisan bahan pembicaraan, ia suka bagaimana Junhwe selalu menghiburnya di saat-saat terberatnya. Ia suka segalanya sampai melupakan bahwa ia telah menjauh dari apa yang disebut persahabatan ke titik semu bernama cinta. Cinta yang mungkin hanya ia miliki dan justru akan menyakiti orang yang ia cintai.

 

“Seolhyun-aa, sebaiknya mulai sekarang kita tidak bertemu lagi. Aku minta maaf jika selama ini tidak pernah menjadi sahabat yang baik untukmu. Aku juga mengucapkan terima kasih karena selama ini kau selalu menjadi pendengar terbaikku.

 

Hanbin melihat sosok tinggi dengan bahu lebar yang kembali termenung di tepi jendela ruangannya. Ia mengusap dan mencengkram bahu itu erat. Berusaha memberikan sedikit dukungan bagi sosok itu.

“Kita telah menyelesaikan promosi. Sampai perayaan lima tahun kita, ehm, masih ada waktu yang cukup panjang. Aku yakin selama itu kau bisa menemukan terapis terbaik. Bukankah Yang sajang juga mendukungmu?”

Junhwe berbalik, menatap salah satu hyung yang sangat ia hormati itu dengan mata yang kelewat sendu, “tidak ada gunanya, Hyung. Aku bisa merasakannya.” Junhwe menunjuk kepalanya dengan kemarahan yang tiba-tiba melewatinya, “AKU BISA MERASAKAN DIA ADA DI DALAM SINI! DIA DI DALAM SINI BERUSAHA MENGAMBIL ALIH SEGALANYA! SEGALANYA! BAHKAN HATIKU, PERASAANKU, SEMUANYA… SEMUANYA TELAH PERLAHAN-LAHAN IA REBUT!”

 

Hanbin hampir meneteskan air mata ketika Junhwe ambruk begitu saja di depannya. Napasnya tersengal dan sesak airmatanya terdengar begitu menyedihkan.

“Aku bisa gila. Aku tidak sanggup lagi bertahan melawan sisi lain dari diriku jika segala yang aku punya perlahan-lahan telah terenggut seperti ini.”

“Junhwe—”

“Kebahagiaan, cinta… Seolhyun. Semuanya telah menghilang dariku. Semuanya telah hilang karena kelainanku. Aku mengerikan. Aku bukan public figure yang dipuja-puja, aku hanyalah manusia brengsek yang bahkan tidak sanggup melawan sisi lain dirinya sendiri.”

 

Hanbin tidak ingat sejak kapan, tapi penyakit lama yang Junhwe miliki tiba-tiba muncul beberapa tahun belakangan. Ia tahu jika Junhwe memiliki masa kecil mengerikan. Orang tua Junhwe yang orang-orang ketahui bukanlah orang tua kandungnya. Orang tua kandung Junhwe telah meninggal ketika Junhwe berusia empat tahun. Ayahnya yang hanya bisa menyakiti dia dan ibunya. Ibunya yang terlalu lemah dan menderita banyak penyakit akibat tekanan batin dan fisik yang ia terima. Junhwe mengingat segalanya dengan baik. Sampai di malam ketika ayahnya datang membawa botol bir kosong karena tidak diberi uang oleh ibunya itu tiba. Ayahnya sudah akan melemparkan botol itu ke arah Junhwe ketika ibunya yang menggantikan posisinya. Botol itu terlempar dan tepat terkena kepala ibunya, di saat yang bersamaan ibunya menembak ayahnya tepat di jantungnya. Junhwe tidak tahu bagaimana ibunya yang selalu ia ingat sebagai sosok lemah lembut itu bisa memiliki pistol seperti itu, tapi yang jelas hal itu benar-benar mengagetkan bagi Junhwe. Selama beberapa tahun Junhwe mengalami krisis kepercayaan, ia berkali-kali kabur dari panti asuhan yang menampungnya sampai akhirnya ia diadopsi oleh keluarga Goo. Untungnya keluarga Goo adalah keluarga yang dipenuhi dengan cinta. Junhwe dibesarkan dengan cinta. Kedua orang tua angkatnya memberi kenangan pengganti yang manis bagi masa kecilnya.

 

Tapi ternyata trauma itu tidak sepenuhnya hilang. Di tahun terakhir sekolah dasarnya Junhwe adalah korban kekerasan kelompok anak berandalan di sekolahnya. Junhwe diperalat oleh kakak kelasnya yang akan selalu melempar tubuh jangkungnya dengan kursi apabila ia menolak. Ibarat sebuah rumah, pondasi diri Junhwe sudah sangat keropos, ditambah dengan tukang bangunan brengsek seperti kakak-kakak kelasnya, ia tidak lebih dari bangunan usang yang siap rubuh kapan saja. Sampai akhirnya saat itu tiba.

 

Junhwe baru beberapa hari keluar dari ICU setelah menderita luka serius di tulang rusuknya akibat hantaman benda keras bertubi-tubi. Ia memiliki malam-malam gelap yang panjang, penuh keringat dingin dan penderitaan. Tapi begitu ia tiba di sekolah, tiga kakak kelasnya telah menunggu dengan tongkat baseball di tangan. Rupanya selama satu minggu Junhwe berada di ICU, kakak kelas yang gemar membuat ulah dengannya juga harus menerima hukuman berupa jam kerja sosial selama 70 jam. Hal itu tentu poin tambahan untuk membuat Junhwe lebih menderita di mata mereka. Saat itu Junhwe sudah jatuh tersungkur dengan ludah ketiga pengecut yang siap melayangkan tongkat itu padanya ketika Junhwe tiba-tiba mengerang. Ia mengerang cukup keras sebelum akhirnya berdiri dan mengambil tongkat baseball berwarna gelap itu dari tangan salah satu kakak kelasnya yang diam terpaku. Mereka tidak menyangka bahwa setelahnya Goo Junhwe yang selama ini mereka anggap lemah menghajar mereka habis-habisan dengan tongkat itu. Ironisnya ketika petugas keamanan sekolah mendatangi mereka Junhwe justru telah berhasil melukai kepalanya dengan tangannya sendiri. Junhwe berhasil membuat semua orang percaya bahwa ketiga kakak kelasnya yang babak belur itulah yang mencari gara-gara. Junhwe hanya perlu mendekam satu hari di ruang detensi sementara ketiga sampah sekolah—ah mungkin tepatnya sampah masyarakat—itu di keluarkan dengan tidak terhormat dari sekolah. Beberapa minggu setelah itu keluarga Goo memindahkan anak kesayangan mereka ke sekolah seni di Seoul dan setahun setelahnya Junhwe lolos audisi di manajemen tempatnya sekarang berada.

 

Tapi baik Junhwe ataupun Hanbin apalagi keluarga Goo tahu, setelah hari itu Goo Junhwe bukanlah orang yang sama. Junhwe muda sering sekali hilang tengah malam dan ternyata berada di club malam, bersenang-senang dengan gadis berpakaian mini, dan mabuk hingga matahari menyapa. Ketika Junhwe sadar esok harinya, sudah dapat dipastikan bahwa Junhwe akan sepenuhnya lupa dengan hal yang terjadi sehari sebelumnya. Dalam kondisi tertentu pun Junhwe dapat berubah aneh. Bahkan pernah ketika Junhwe berada di tengah-tengah interview yang membuatnya tidak nyaman, ia berubah menjadi sangat pendiam, pandangannya menggelap dan tiba-tiba apapun yang ia ucapkan bernada tajam bahkan kasar. Sebelum hal itu berlanjut para member nya yang sadar pun tidak lagi membiarkan Junhwe berbicara sedikitpun.

 

Ya. Junhwe memiliki sisi lain dalam dirinya. Alter ego. Namanya, Jun. Tidak terlalu berbeda jauh dengan nama aslinya tapi memiliki sifat yang bertolak belakang dengan sifat aslinya. Awalnya Jun hanya selalu muncul ketika Junhwe berada di saat-saat terdekat, tapi entah kenapa beberapa tahun belakangan frekuensi kehadiran Jun lebih tinggi. Junhwe yang awalnya tidak terganggu dengan itupun semakin tidak tahan dengan keberedaannya. Terutama jika Junhwe sedang hanya berdua saja dengan Seolhyun.. Ah.. Nama itu lagi.

 

“Apa Hyung tahu bahwa beberapa hari sebelum aku memutuskan hal itu, Jun sudah hampir making out dengan Seolhyun.” Hanbin bersumpah, jika matanya bukan ciptaan Tuhan, sepasang matanya akan menggelinding sekarang juga karena terlalu besarnya ia terbelalak.

“Aku tidak ingat bagaimana akhirnya aku bisa menguasai tubuh itu kembali, tapi hal itu cukup menyadarkanku bahwa kehadiran Jun semakin hari semakin menggila. Seolhyun.. Gadis itu bisa berada dalam keadaan berbahaya jika terus saja bersama denganku, hyung. Aku tidak bisa membiarkannya seperti itu.”

 

Hanbin tidak begitu ingat bagaimana kejadian setelah itu sampai tiba-tiba Junhwe yang menangis tergugu mengamuk dan tertawa mengerikan. Hanbin hanya ingat ia memanggil nama Jinhwan dan Jiwon dengan keras. Tidak lupa di belakang mereka sudah berdiri Baymax hyung dan beberapa bodyguard yang selalu berada di sekitar ruangan itu.

“BRENGSEK KAU JUNHWE! AKU MAU SEOLHYUN! SEOLHYUN SEKARANG JUGA!”

 

Junhwe berteriak keras, menjadi dan menggila. Ahh, itu Jun tepatnya. Jun terus mengamuk, menyalahkan Junhwe yang dianggapnya weak-minded dan terlampau naif hingga tidak mau memanfaatkan Kim Seolhyun beserta nilai plus penampilannya. Tidak ada satupun dari mereka yang menyadari bahwa salah satu pria bertubuh mungil di tempat itu merekam setiap amukan bahkan bercakapan yang terjadi sejak beberapa menit yang lalu.

 

iKON’s Junhwe Rushed To Hospital Due To Serious Stress

 

Junhwe Suffered Serious Mental Illness?

 

[BREAKING] Junhwe Reported Showing Symptomps Of Serious Illness

 

[HOT NEWS] iKON’s Junhwe Suffered Serious Illness, Because Dramatic Romance Life?

 

[BREAKING] Junhwe’s bandmate, Donghyuk, Indicated Fans’ Attitude Towards Junhwe’s Lover Was Too Harsh

 

Netizen React To Junhwe’s Fans Attitude

[+3402, -20] Aku tidak bisa menerima jika idolaku berkencan, tapi bagiku dia hanyalah idola, dan baginya aku ‘hanyalah’ fans. Siapapun bagian dari hidupnya, kita sebagai fans harus mendukungnya.

[+2089, -13] Bahkan jika Junhwe berkencan dengan penari di bar, itu bukan hak kita untuk melarangnya. Ia memiliki kehidupan pribadi yang harus kita hargai.

[+2008, -34] Tidak ada manusia yang lebih baik daripada manusia lainnya, Junhwe pasti memiliki alasan kuat untuk memilih kekasihnya sebaik atau seburuk apapun dia.

[+1546, -4] Idol adalah manusia! Tolong hargai mereka!

[+1327, -30] Junhwe ku sayang! Tolong sehatlah kembali! Aku sebagai perwakilan fansmu minta maaf jika apa yang dilakukan fans justru menyakiti! Berikan kami suara indahmu kembali!

[+988, -27] Junhwe-ya! Junhwe oppa dan siapapun-unnie jangan takut lagi! Jangan takut kehilangan popularitas karena fans yang sejati akan mendukung sampai akhir! Fans yang sejati akan selalu menginginkan idolanya bahagia!

 

Seolhyun berlari. Lebih cepat dari rintik hujan yang berjatuhan dari atas kepalanya. Lebih cepat dari guguran daun yang masih menggantung di sela-sela rambutnya. Air mata membuat matanya mengabur tapi ia jelas masih dapat melihat lorong-lorong panjang berwarna putih total yang seakan tak berpenghujung di sekitarnya. Junhwe-ya, nan yeogi isseoyo, jamkkan, naega dasi iseulgoya. (Junhwe-ya, aku di sini, tunggulah, aku akan segera kembali). Matanya terus mengeluarkan air mata tapi tidak dengan bibirnya yang melengkung manis. Sejak sejam yang lalu setelah menerima pesan itu, Seolhyun merasa setiap neon-neon kecil yang semula terpadamkan dalam dirinya hidup kembali.

 

You got message..

Junhowner : Jalang. Aku tidak akan berhenti menyebutmu itu. Kau tetap Jalang. Kau telah merebut Junhwe dariku dari kami. Dan sialnya kau berhasil. Tolong jaga dia, jangan biarkan ia terluka lagi. Jangan besar kepala.

 

Kamar itu, kamar yang berada di deretan VIP dengan penjagaan dua orang berbaju hitam yang langsung mengangguk begitu Hanbin memberikan gestur tangan mengizinkan. Seolhyun semakin menguatkan kekuatan larinya. Ia mengatur napasnya dengan cepat begitu pintu putih dengan kaca kecil di hadapannya akan terbuka. Hanbin kaget sekaligus tersenyum kecil melihat gadis bersimbah peluh di hadapannya. Ia cukup terkejut bagaimana Seolhyun bisa tahu lokasi Junhwe di rawat sekaligus gembira karena setidaknya ia tahu, semuanya akan berakhir. Cepat lambat, semua penderitaan Junhwe akan berakhir.

 

Seolhyun memantapkan tangannya meraih gagang pintu yang begitu dingin di telapak tangannya itu, “Junhwe-ya..

 

“Seolhyun-ssi, ini aku Kim Jinhwan. Kau tahu aku kan? Sekalipun tidak sesering Donghyuk dan Chanwoo tapi kita pernah bertemu beberapa kali. Orang suruhanku baru saja memberikan kabar bahwa paket untukmu sudah kau terima dengan kedua tanganmu sendiri. Seolhyun-ssi, aku ingin kau tahu bahwa Junhwe tidak pernah menginginkan perpisahan itu. Dia sangat mencintaimu. Selain ibunya, kau adalah wanita yang begitu ia puja dan ia cintai di dunia ini. Terima kasih ya, sudah mau menjadi semangat hidup bagi pria kaku itu. Aku tidak pernah melihatnya tersenyum secerah ketika ia meneleponmu, aku tidak pernah mendengar ia tertawa sebanyak ketika bercerita tentang dirimu. Jangan takutkan iKONIC, aku tahu ini akan berat dan penuh perjuangan… Tapi percayalah segala yang berlandaskan cinta akan pantas untuk diperjuangkan. Dalam paket itu ada banyak hal yang bisa meyakinkan dirimu sendiri tentang Junhwe. Aku percaya sekalipun kau memilih untuk tidak kembali kepada Junhwe tapi kau akan melakukan yang terbaik untuknya. Sekali lagi terima kasih Seolhyun-ssi. Aku hanya mau kau mendengar ucapanku, tidak perlu kau jawab. Hehehehe.

 

Junhwe yang termenung dengan tali kekang mengikat tangannya dengan besi samping ranjangnya terlonjak begitu pintu ruangannya dibuka mendadak. Seingat Junhwe, Hanbin tidak pernah begitu semangat mengunjunginya apalagi karena kondisi Junhwe saat ini mengurangi waktu pertemuan Hanbin dengan gadisnya.

 

Hyu—“ Junhwe yakin selain kondisi psikisnya tidak ada yang salah dengan penglihatannya, “Seolhyun-aa?”

 

Seolhyun ada di sana. Berdiri dengan tubuh yang masih mengatur napas tersengal di dalam ruangannya dengan jejak air mata yang menghiasi pipi manisnya. Seolhyunnya berada di sana dengan senyuman yang perlahan merekah dan menularkan rasa hangat asing yang ia kira telah hilang bersama jejak kaki gadis itu beberapa bulan lalu.

 

.THE END.

 

La Douleur Exquise—from French

The heart-wrenching pain of wanting someone you can’t have.

Comment?