a world that you've never met

[TOMS.3] Cafuné

Cafuné

written by missfishyjazz

Kim Hanbin [iKON] & Kim Dahyun [TWICE]

—hurt, romance, lil com

thanks to : LIGHTLOGY for the super cutie poster❤

3C copy

Waktu itu tahun 2018, ketika musim gugur berganti mendingin dalam salju ekstrim yang membeku. Ia dengan kejamnya mengakhiri kebahagiaan pria yang begitu mencintainya.

Uri choede hyusikajja.(Let’s break up.)

“Kenapa?”

“Aku sudah populer sekarang. Aku… Sudah tidak membutuhkan Oppa lagi.” Dia berkata dengan nada yang begitu kejam. Tidak ada sama sekali nada candaan dalam suaranya yang ringan dan selalu bisa menenangkan hati si pria.

Ehm… Aku tidak menyangka akan secepat ini.” Matanya hampir terperangah kaget ketika pria itu mengatakan hal tersebut. Pria itu… Tahu?

Oppa tahu?” Dahyun bertanya dengan mata yang masih mengerjap.

“Tentu saja. Bukankah aku selalu berkata bahwa aku sangat mencintaimu? Perasaan itu membuatku mengenal dirimu luar dan dalam. Aku tahu sejak awal kau mau kita berkencan karena ingin aku membantumu terkenal kan? Tapi lagi-lagi karena perasaan itu aku membiarkanmu melakukannya.”

Oppa…” Perasaan bersalah yang kental tiba-tiba menghantamnya cepat. Pria ini tahu bahwa ia dimanfaatkan tapi tetap menerima dirinya dengan penuh cinta.

“Tidak masalah, Dahyun-aa. Kau mungkin memang bersalah karena memanfaatkanku, tapi aku yang lebih bersalah. Aku tahu bahwa kau hanya memanfaatkanku karena perasaan ini. Neomu himdeureo-ji? Bertahan denganku yang tidak kau cintai selama tiga tahun pasti sangat membebanimu.” (Itu sangat sulit kan?)

“Hanbin oppa…” Dahyun bisa merasakan air matanya yang mengalir. Lemah, bukan kah ini yang kau mau? Bukankah kau sudah lelah dengan semua perilaku terlalu manisnya? Bukankah sejak awal ini semua hanya karena ambisinya untuk populer?

 

Hanbin, yang orang kenal dengan B.I itu, maju selangkah dan merengkuh tubuh ramping Dahyun dalam pelukannya. Matanya terasa panas dan hatinya terasa begitu berat. Kisah cintanya berakhir sampai di sini. Baginya, tidak masalah Dahyun berada di sisinya karena alasan apapun, asalkan bersama Dahyun ia sudah benar-benar bahagia. Tapi ia juga tidak boleh egois. Dahyun juga berhak bahagia seperti dirinya, dan kebahagiaan Dahyun sekarang adalah prioritasnya.

 

“Hiduplah dengan bahagia. Aku yakin mimpimu untuk menjadi seterkenal Jun Jihyun akan tercapai suatu saat kelak. Aku tahu, ketika saat itu tiba aku tidak akan berada di sampingmu, tapi kau harus tahu bahwa aku akan terus mendukungmu dengan apapun yang aku bisa.”

 

Hanbin melepaskan pelukannya. Menatap gadis yang bermarga sama dengannya untuk sekali lagi. Bersama perasaan cinta yang meskipun berat akan segera ia lepaskan mulai dari detik kakinya beranjak dari tempat itu. Tangannya terangkat, bergerak menyisir rambut Dahyun sekali lagi. Terakhir kali. Setelah ini ia sudah tidak berhak melakukan hal tersebut.

 

“Ketika suatu saat kau bertemu orang yang lebih baik, tolong katakan padanya untuk terus mengusap rambutmu. Rambutmu sangat indah. Kau tahu? Hal yang pertama kali membuatku menoleh padamu adalah kibasan rambut warna-warnimu yang indah dan sehalus guguran kelopak sakura. Aih, bicara apa aku ini.” Hanbin tersenyum menunjukkan deretan giginya sebelum menunduk dan berusaha mengusap matanya yang semakin pedih. Ia sudah akan beranjak ketika masih saja ada perasaan berat yang membebani hatinya.

 

“Terima kasih ya. Terima kasih sudah mau menjadi orang yang paling kucintai selama tiga tahun ini. Ah, setelah ini kau akan ke stasiun TV kan? Good luck! Semoga kau mendapat tropi lagi.” Hanbin resmi meninggalkan Dahyun sendirian setelahnya. Dahyun bisa melihat punggung bidang yang selalu berada di sampingnya ketika saat-saat paling buruknya itu pergi. Coat gelap, beserta topi dan masker berwarna senada yang pria itu kenakan masih terekam bersama dengan langkah-langkah yang tercetak di antara putihnya salju. Kontras sekali. Layaknya hati Dahyun yang mendadak dirundung duka begitu ia tahu satu hal menggelikan… Saat ini adalah salah satu saat terburuknya.

 

Sekarang, tahun 2020. Ia masih di sini. Di tempat yang sama saat peristiwa itu. Di hari yang sama, bahkan di jam yang nyaris sama. Matanya tidak berhenti menatap salju yang turun menutup jalan. Menutup jejak kakinya yang seolah menghilang, mengejek tingkahnya yang dua tahun tak ubahnya pengecut.

 

“Dahyun-aa! Ayo yang lain sudah menunggumu!” Nayeon yang sudah membungkus dirinya dengan pakaian lengkap buru-buru menarik Dahyun meninggalkan tempat itu. Taman bermain kecil di seberang gedung apartemen mereka. Bukannya Nayeon tidak tahu dengan apa hubungan Dahyun dan taman itu, tapi saat ini mereka sedang berada di tengah-tengah rush hour, di mana profesionalitas berada di atas segalanya. Dan ahh.. Mengenai peristiwa dua tahun lalu, Nayeon tidak habis pikir dengan Hanbin. Bagaimana pria itu bisa sebaik itu ketika tahu bahwa Dahyun hanya memanfaatkannya. Kalau ia jadi Hanbin, sudah akan ia tuntut Dahyun atas hak cipta beberapa lagu yang Hanbin berikan tanpa nama pengarang secara gratis dan seluruh keuntungan CF yang koneksinya berasal dari Hanbin. Tapi Hanbin tetap Hanbin, malaikat beratribut senyum dorky yang dengan tololnya didepak Dahyun dari hidupnya.

 

Dahyun masih melamun dan mungkin mengalami distorsi waktu dan ruang ketika manajernya datang dan menghampirinya dengan selembar kertas.

“Dahyun-aa, karena ini panggung comeback kalian dan popularitas karena drama kemarin masih tinggi, aku ingin kau yang hafalkan perkenalan lagu ini.”

Ah, ne.” Dahyun mengambil kertas itu dan membaca sekilas. Tidak terlalu berat jika dibandingkan dengan skrip drama yang beberapa bulan kemarin menjadi temannya.

 

Hingar bingar lampu sorot panggung dan kamera yang mengarah ke arahnya tidak pernah membuat Dahyun sepusing ini. Distorsi waktu dan ruangnya tidak membaik dan justru semakin parah ketika berada di panggung kecil milik MC acara musik yang selalu hadir di hari Minggu itu. Karena angggotanya cukup banyak dan mereka harus berbagi panggung itu dengan MC dan grup lain yang melakukan comeback berdekatan dengan TWICE, Nayeon tidak bisa ikut berdiri di sini untuk mengatasi kegugupannya. Sialnya, Dahyun yang belakangan ini terlampau sibuk tidak tahu jika iKON juga melakukan comeback di waktu yang sama.

 

Dahyun hanya mengangguk dan membungkuk lemah ketika melihat tiga MC yang berdiri di sampingnya. Untungnya Dahyun masih ingat ketiga nama MC itu dari kertas yang ia bawa. Pria pertama dengan wajah Asia yang ia yakini bukan sepenuhnya Korea, namanya Ten, ia cukup tahu wajahnya karena ketika Ten debut, TWICE juga comeback. Pria lainnya adalah Shin Jaeha, Dahyun yakin ia adalah aktor karena mukanya sering Dahyun lihat di televisi. Sementara gadis yang berdiri di antara mereka itu Oh My Girl’s Hyun Seunghee. Wajahnya mirip dengan penyanyi senior IU tapi lebih chubby dan tentunya bubbly terlihat dari bagaimana kedua pria di sampingnya terlihat tidak berhenti menanggapi ucapannya.

 

“Go!” Seorang PD berujar ringan dengan memberikan tanda pada ketiga MC. Mereka sudah membuka acara dengan baik, tapi Dahyun masih sibuk mengatur distorsi yang membuatnya tiba-tiba sakit kepala sampai Jihyo yang berdiri di sampingnya memberikan tanda untuk bersiap.

“Ini dia sembilan putri cantik yang semua orang sudah tunggu kedatangannya! TWICE!” Jihyo memberikan tanda untuk memberikan salam sebelum Dahyun mengambil alih microphone.

“Jadi bagaimana konsep comeback TWICE kali ini, Dahyun-ssi?” Seunghee yang terlihat begitu ceria setidaknya berhasil membuat Dahyun lebih tenang. Dahyun bisa menjelaskan konsep yang sudah ia hafalkan kilat dengan baik dan tentu saja tanpa kesan menghafal. Tapi tetap saja ia tidak dapat langsung meninggalkan panggung itu tanpa iKON yang terlebih dahulu harus membuka sambutan mereka.

iKON yang anggotanya lebih sedikit dan jelas-jelas boygroup paling digandungi belakangan ini membawa member mereka secara lengkap. Dahyun bisa merasakan Jinhwan yang tadi menatapnya terang-terangan langsung mengalihkan tatapannya ke kamera. Berbeda dengan Junhwe dan Donghyuk yang sejak awal tidak mau menyapa Dahyun.

 

Rasanya dadanya ingin pecah ketika Hanbin memberikan official group greetings dan penjelasan tentang lagu comeback mereka kali ini. Dahyun bisa menilai dari nuansa gelap dan formal yang mereka gunakan, konsep yang mereka usung pasti tidak jauh-jauh dari era Apology. Ini tidak bagus, Dahyun semakin menguatkan doanya dalam hati agar semuanya berakhir dengan cepat.

 

“Oke!” PD yang tadi memberikan arah kepada mereka telah memberikan tanda bahwa sesi interview singkat itu telah berakhir. MC sudah bersiap meninggalkan tempatnya dan yang pasti akan disusul oleh TWICE di belakangnya. Dahyun merasa penderitaan selama beberapa detiknya akan berakhir sampai ia melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Hyun Seunghee tiba-tiba berbalik, tersenyum cerah dan mengangkat tangannya membentuk kepalan semangat.

“Hanbin-aa, fighting!” Lebih parahnya ketika Dahyun menoleh Hanbin ternyata tersenyum balik dengan tangan yang ikut terkepal semangat. Jiwon dan Yunhyeong yang berdiri mengapit Hanbin pun tak segan menyikut lengan leader mereka yang langsung membalas mereka dengan jitakan. Déjà vu.

 

Perlakuan Jiwon dan Yunhyeong sekarang mengingatkan Dahyun pada lima tahun lalu ketika Hanbin juga menyapanya di koridor sebuah acara penghargaan musik. Hanbin yang sangat malu berhadapan langsung dengan dirinya saat itu langsung mengangkat kedua pipinya tinggi-tinggi dan menggaruk kepalanya malu. Sekarang peristiwa itu terulang, yang berbeda hanya sosok perempuan yang menjadi perhatian Hanbin saja. Itu bukan lagi dirinya, tapi gadis ceria yang memang kehadirannya bisa membuat orang lain bahagia, Hyun Seunghee. Hanbin oppa, karma… apakah sesakit ini?

 

“Kerja bagus semua!” TWICE dan kru yang mengiringi mereka saling memberikan ucapan terima kasih sebelum TWICE diharuskan menuju kendaraan mereka untuk kembali ke apartemen masing-masing dan beristirahat.

Seunghee!” Dahyun dan Jihyo menoleh bersamaan mendengar nama itu. Dahyun karena refleks mendengar suara familiar yang menggema di lorong pintu keluar dan Jihyo karena ia juga melihat peristiwa Seunghee-Hanbin tadi menjadi sensitif dengan nama gadis bubbly itu. Mereka berdua tertinggal di belakang sementara member lain sudah melaju di depan. Dahyun menggeser tubuhnya hingga dapat melihat apa yang terjadi di persimpangan lorong tak jauh di belakangnya.

Oh, Hanbin-aa!”

“Aku dengar tadi van-mu bermasalah ya?”

Em. Benar. Van itu memang van lama, Van milik grupku sedang di pakai member lain. Tapi tenang saja, aku bisa pulang dengan subway.”

Ey, kau pasti lelah setelah bekerja apalagi aku dengar tadi pagi kau memiliki tiga session untuk CF-mu. Ayo pulang bersamaku saja. Aku memaksa.”

 

Tidak ada yang tiba-tiba memaksa Dahyun minum obat demam racikan Cina yang ia benci kan sekarang? Tapi kenapa lidahnya terasa pahit, tenggorakannya juga terasa kering dan ia sulit untuk mencerna ludahnya sendiri. Jihyo sudah ingin menarik tangannya sendiri ketika suara merdu Seunghee kembali terdengar.

“Baiklah, tapi dengan satu syarat.”

“Apa memangnya?”

“Panggil aku noona! Aku debut beberapa bulan sebelum grup mu dan aku satu tahun lebih tua darimu! Sekalipun kau lebih terkenal, aku tetap noona-mu bodoh!”

Ey, tidak akan ada orang yang memanggil orang yang ia sukai dengan nada formal seperti itu, Seunghee-ya.”

“YA! Dangsin! Jinjja! Jika orang mendengarmu… Astaga anak ini…” Kemudian Hanbin tertawa, disusul tawa renyah Seunghee yang semerdu suara aslinya. Kemudian yang diketahui Dahyun dan Jihyo adalah keduanya pergi. Ke arah yang lebih jauh dan bukan menuju tempat mereka saat ini. Dahyun bisa merasakan perasaan aneh yang melingkupi hatinya. Hari yang buruk. Dahyun sudah tahu bahwa hari ini akan menjadi hari yang buruk semenjak ia membuka matanya tadi pagi. Kristal bening dengan cepat mengalir dan dengan cepat pula ia hapus. Dahyun, bukankah ini yang kau mau?

“Dahyun-aa, gwenchana?” Jihyo mengusap lengan Dahyun yang bergetar dibalik balutan jaket tebalnya. Dahyun jelas tidak baik-baik saja. Tapi Jihyo tidak bisa melakukan apapun. Karena apapun yang membuat Dahyun tidak baik-baik saja adalah pilihan gadis itu. Sejak awal semua member sudah memberi Dahyun peringatan, tapi gadis itu tetap maju dengan pilihannya. Di sinilah ia sekarang, meratapi Dahyun yang dengan malangnya tidak dapat melupakan mantan kekasihnya selama dua tahun penuh.

 

Dahyun bodoh. Seharusnya kau tahu begitu kau melepas Hanbin dan sekali saja pria itu berpaling, mudah untuk mendapatkan pengganti dirinya. Bukan karena Hanbin terkenal—seperti yang ia pikirkan dulu—tapi karena Hanbin adalah pribadi hangat yang selalu memperhatikan orang-orang di sekitarnya.

 

Salju turun. Butiran kecil yang terasa begitu lembut jika mungkin Dahyun sekedar keluar di balkon apartemennya. Tapi nyatanya ia tidak pernah lagi keluar bersenang-senang ketika musim dingin datang. Ia tidak pernah menyukai musim ini. Hanbin adalah orang yang menyukai segala musim asalkan bersamanya, jadi dialah yang dulu mengajak Dahyun menghabiskan musim dingin dengan sekedar berpelukan di depan televisi dan menonton film romantis cheesy atau bermain bola salju.

 

Tangan Dahyun bergerak-gerak di jendela yang terlihat berembun samar. Dirinya masih terduduk di batasan jendela yang memang ia buat sebagai tempatnya melamun untuk melihat pemandangan di luar jendela.

 

Hanbin oppa, hari ini turun salju. Hari ini musim dingin lain telah datang. Aku kembali kesepian. Seperti musim dingin tahun lalu dan musim-musim lainnya yang telah berganti tanpamu di sampingku. Aku sangat kesepian.

 

Matanya bergerak cepat melihat sebuah pigura kecil yang memang ia sandarkan di tepi jendela. Pigura dengan bingkai hitam mengkilap berisi fotonya dan Hanbin yang tersenyum manis ketika mengunjungi kebun bunga kecil di Jeju. Dahyun ingat saat itu seperti kebetulan TWICE dan iKON punya jadwal bersama di Jeju dan waktunya hanya berbeda sehari dengan hari jadi mereka. Dahyun dan Hanbin sama-sama tersenyum. Anehnya ia tahu bahwa senyumnya kala itu tulus. Hanbin selalu bersabar menghadapinya dan mendengarkan semua ceritanya, ia selalu meluangkan waktu bagi Dahyun dan mereka memutuskan untuk berjalan-jalan tanpa masker atapun alat penyamaran apapun hari itu. Dahyun benar-benar bahagia bahkan hanya dengan bergandengan tangan mengelilingi kebun bunga kecil itu. Hanbin yang melengkapi sela jari-jemarinya seumpama dunia yang telah begitu sempurna bagi dirinya.

 

“Ohh Dahyun!” Awalnya Dahyun dan rekan-rekannya sudah ingin melewati iKON begitu saja tapi Hanbin justru menyapanya dengan riang.

Ohh Oppa..”

“Selamat untuk comeback kalian! Kemarin aku ingin mengatakannya tapi aku tidak sempat. Lagu kalian keren!”

“Terima ka—“ Detik itu semuanya berhenti. Detak jantungnya. Jam yang berdetik, bahkan kedipan matanya. Hanbin baru saja mengangkat tangannya dan menyisir kebelakang rambutnya dengan jari-jari kokohnya.

“Rambutmu berantakan. Kau ini.. Mau naik ke stage justru dengan rambut yang berantakan.”

Ahh.. Ne, gomawo.”

Hyung, ayo kita harus siap-siap juga.” Donghyuk berucap dengan nada yang penuh ketidaksukaan apalagi matanya terus memicing melihat leader-nya yang masih bersikap ramah pada gadis yang telah mematahkan hatinya.

“Aku duluan Dahyun-aa, Tzuyu-ya, Jihyo-ya.. TWICE fighting!” Hanbin mengangkat kepalan semangat berikut senyum khasnya. Member lain yang berdiri tak jauh dari Dahyun tersenyum lebar dan membalas ucapan leader yang terkenal karena karismanya itu. Tak lama Jihyo langsung memeluk Dahyun erat.

“Jangan sekarang. Sebentar lagi kita harus naik ke atas sana. Di atas sana, tidak akan ada yang peduli dengan kesedihanmu. Setelah hari ini selesai aku berjanji akan menemanimu menangis semalaman.” Dahyun merasakan dadanya sesak. Perasaan aneh yang menghantuinya terasa menyakitkan.

 

Ia kembali menyentuh surai panjangnya. Surai panjang yang beberapa hari lalu di sentuh Hanbin dan membuat jantungnya berhenti berdetak.

 

Hanbin oppa, kenapa perasaan ini baru hadir sekarang. Kenapa rasa cinta ini justru membunuhku seperti ini? Apakah ketika kau mencintaiku sementara kau tahu aku hanya memanfaatkanmu rasanya sesakit ini?

 

Dahyun mau mati saja. Mau mati jika perasaan ini tidak kunjung menghilang dari tempatnya. Tapi ia tidak mau mati. Ia tidak mau menjadi pengecut sekali lagi. Bukankah melepaskan cinta demi popularitas telah menjadi pilihannya? Seharusnya ia bisa menerima segala konsekuensinya. Ya, seharusnya.

 

Tapi ini.. Ini terlalu sakit. Ia bisa melihat Hanbin yang begitu dekat dengannya tapi tidak dengan menyentuhnya. Ia bisa melihat Hanbin tersenyum malu lagi tapi bukan kepadanya. Ia ingin mengutuki Hyun Seunghee karena berhasil merebut perhatian Hanbin. Tapi ia lebih ingin merajam dirinya karena menyia-nyiakan kesempatan itu dulu.

 

Dahyun rindu. Rindu semua tentang Hanbin. Rindu perhatiannya. Rindu senyum khasnya. Rindu rasa istimewa yang selalu berhasil ia berikan. Terutama… Dahyun rindu usapan tangan Hanbin yang menjalar melalui dan menyisir rambutnya dengan lembut. Menyalurkan afeksi tak terkira di dalam setiap sentuhannya. Dahyun benar-benar rindu semua. Semua kerinduan ini bahkan bisa membunuhnya tanpa ia inginkan. Mau yang lebih buruk? Ia bahkan telah lebih dulu dihancurkan oleh segunung rasa penyesalan yang tahun lalu seperti menjalari dan menjangkit seluruh tubuhnya. Ia telah dihancurkan oleh penyesalan dan kini dibunuh perlahan oleh rasa rindu.

.THE END.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

{whoops! whoops! It’s not the ending ppl!}

 

“Dahyun.. Kim Dahyun?” Hanbin mengguncang tangan Dahyun yang berada dalam genggamannya. Dahyun berkeringat dingin dan terlihat tidak tenang dalam tidurnya. Hanbin mengguncang tubuh Dahyuns sekali lagi sebelum akhirnya gadis itu benar-benar tersadar dan langsung menatapnya nyalang.

“Jangan tinggalkan aku!” Dahyun langsung memeluknya dan langsung menangis tergugu. Hanbin langsung mengangguk paham. Mimpi itu lagi.

“Dahyun-aa, ini bahkan sudah lewat hampir lima tahun sejak peristiwa itu. Lihatlah.. Apakah aku meninggalkanmu? Aku justru masih disini dengan perasaan yang semakin besar padamu.”

 

Memang benar. Memang benar pada musim dingin tahun 2018 Dahyun memutuskan hubungan mereka. Tapi tepat pada tanggal 1 Januari 2019 setelah malam pergantian tahun, peristiwa yang lebih bersejarah terjadi. Seluruh member TWICE memutuskan untuk merayakan pergantian tahun bersama di dorm mereka. Memang Dahyun dan Nayeon tidak tinggal di sana lagi setelah tiga bulan memiliki apartemen pribadi tapi rasa homey di dalamnya tidak hilang. Sembilan gadis itu dikagetkan dengan letusan kembang api misterius yang terasa sangat dekat dengan jendela apartemen mereka. Sontak saja sembilan orang itu langsung menoleh melalui balkon. Tebak apa yang terjadi di sana. Tujuh orang pria berdiri di sana membawa karton hitam. Tujuh pria yang seharusnya masih berada di Amerika untuk promosi mereka.

 

“KIM DAHYUN! AKU BUKAN LEADER B.I! AKU BUKAN CHARISMATIC LEADER YANG PUNYA BANYAK KONEKSI! AKU HANYALAH KIM HANBIN!” Beberapa member terkikik geli melihat salah satu di antara pria itu yang paling berbeda dengan coat warna terangnya berteriak keras-keras tanpa menggunakan pengeras suara. Apalagi di belakang tujuh pria itu ada pria bertubuh besar yang tidak lain adalah Baymax Oppa bersama beberapa bodyguard yang tampak mengamankan lokasi dari media.

 

“KARENA ITU KIM DAHYUN-SSI, MAUKAH KAU MENJADI KEKASIHKU?” Selanjutnya para gadis itu nyaris berteriak heboh ketika enam orang pria lain membalik karton hitam yang mereka pasang. Karton hitam itu berkilau dengan tinta glow in the dark menunjukkan rangkaian kata dalam bahasa inggris yang sangat umum ditunjukkan saat seorang pria menyatakan perasaan. Dahyun, will you be my other half? Tapi yang membuat mereka tidak habis pikir adalah ketika pria yang berada di tengah, Kim Hanbin, menekan sebuah tombol memperlihatkan keberadaan ribuan lampu yang menyala mengelilingi tujuh pria tampan itu. Lampu itu membentuk hati yang di atasnya terdapat nama Dahyun. Lebih mengejutkan lagi ketika ribuan balon ikut menyeruak terbang. Di setiap balon ada tempelan gambar. Gambar-gambar yang berkaitan dengan Dahyun. Siluet gadis dengan rambut pelangi, gadis dengan rambut coklat bercorak blonde dan hijau, merk berbagai macam susu coklat, siluet gadis tanpa eyelids yang tersenyum bahagia, gambar anjing yang tertidur seperti dirinya, dan tentu saja gambar gerakan eagle dance-nya yang fenomenal. Tanpa sadar Dahyun sudah menangis. Astaga sebodoh apa dia sampai melepaskan pria sebaik Kim Hanbin. Bagaimana bisa ia memanfaatkan pria dengan hati sepolos anak-anak itu untuk mendapatkan popularitas?

 

“Kim Dahyun?” Dahyun berbalik. Menatap Hanbin yang tahu-tahu telah berada di belakangnya. Hanbin menyisir rambut Dahyun yang berantakan efek bangun tidur dengan jemarinya.

“Kim Hanbin menunggu jawabanmu.” Katanya manja. Dahyun tertawa bodoh diantara derai air matanya yang tak kunjung berhenti. Ia adalah gadis paling bodoh yang justru paling beruntung di dunia. Karena ia telah mendapatkan seseorang yang lebih bodoh untuk mencintainya dan… tentu ia cintai.

“Kim Dahyun tidak bisa menolak Kim Hanbin.”

“AAAA!!!” Member TWICE benar-benar berteriak setelahnya. Pertama karena melihat betapa cheesy-nya pasangan penuh drama ini. Kedua karena Hanbin yang terlampau romantis hingga sulit untuk dibendung. Ketiga karena sekarang ada tontonan live di depan mereka. Hanbin kiss Dahyun on her lips. Literally lips, and literally kissing.

 

Kembali ke Dahyun yang berada dalam pelukannya. Setelah semalam pergi berkencan, Dahyun memutuskan untuk menginap di rumah Hanbin. Hanbin yang kelewat sukses tentu sudah punya rumah pribadi. Ohh, mereka begitu mudah berkencan sekarang karena hubungan mereka sudah terungkap semenjak setahun lalu. Tanpa diduga fans merasa baik-baik saja dan bahkan langsung mendukung mereka setelah tahu bahwa mereka sudah hampir tujuh tahun bersama.

 

Hanbin tidak pernah membiarkan tangannya kosong ketika Dahyun tidur di dekatnya. Ia selalu membiarkan tangannya merengkuh gadis itu dalam pelukannya dan sesekali menjalari rambut kesukaannya itu dengan jemarinya.

“Ayo kita menikah. Tidak sekarang, tapi setidaknya ayo pikirkan tentang itu.” Hanbin mengecup kening Dahyun lembut. Dua tahun lagi ia harus pergi menjalankan kewajiban pria Korea Selatan pada umumnya, dan ia ingin setidaknya hubungan mereka telah benar-benar resmi sebelum dia berangkat.

“Tidak mau. Aku sudah hampir jadi Jun Jihyun kau tahu?” Dahyun memberengut kekanakan sebelum ikut memainkan tangannya di rambut Hanbin. Kebiasaan pria itu jelas telah menular pada dirinya.

Ey, kau selalu lebih cantik daripada Jun Jihyun di mataku. Kau pasti lupa arti namaku juga kalau begitu, Han—“

“Han artinya tanah, dan Bin yang artinya akan bersinar. Dimanapun Kim Hanbin berada maka di sekitarnya akan bersinar. Itu artinya Kim Dahyun juga akan selalu bersinar karena keberadaannya yang selalu berada di sekitar Kim Hanbin. Auw.. Sudah berapa kali kau mengatakan itu.” Hanbin terkekeh ringan. Dasar gadis ini. Apapun yang ia lakukan, apapun yang ia ucapkan selalu berhasil membuatnya jatuh lagi. Jatuh cinta maksudnya.

 

“Tapi sungguh Dahyun-aa, kita harus segera menikah. Dua tahun lagi aku harus berangkat wajib militer. Aku tidak akan bisa menjagamu 24 jam selama di sana, jadi setidaknya biarkan aku merasa aman dengan ikatan pernikahan.”

“Tidak. Tidak mau. Mana ada alasan untuk menikah karena suaminya ingin masuk wajib militer.”

“Ya! Kau tahu jika alasanku bukan karena itu saja… Aku sudah mencintaimu. Sudah tidak… tidak… bukan mencintaimu, ini bahkan jauh lebih besar dari itu. I’m falling for you head over heel.”

“Tetap tidak mau.” Dahyun memicingkan matanya dan mendekap tangannya seolah sebal. Ia sebenarnya mau-mau saja menikah dengan Hanbin, terutama karena hubungan mereka yang sudah sangat matang. Hanya saja ia senang membuat Hanbin selalu terlihat memohon padanya.

 

“Tidak bisa begini Dahyun-aa, kau tidak bisa memanfaatkan kelemahanku seenaknya. Jika kau terus membuatku memohon padamu sampai kita menikah aku hanya akan menjadi charismatic leader di panggung saja bukan di dalam rumah tangga kita nanti.” Hanbin tiba-tiba memasang wajah serius. Ia berpikir keras, membuat Dahyun tiba-tiba takut. Pikiran buruk bahwa Hanbin mungkin saja akan meninggalkannya karena sikapnya yang seperti ini membuat ia takut.

“Hanbin oppa…” Hanbin sebenarnya nyaris meledakkan tawanya melihat wajah Dahyun yang melunak sedih. Tapi Dahyun memang harus benar-benar diberi pelajaran sekarang. Mentang-mentang dirinya adalah kelemahan Hanbin, enak saja Dahyun terus memanfaatkannya.

 

“Aku harus pergi Dahyun-aa…” Hanbin buru-buru menegakkan tubuhnya dan merapikan rambutnya yang teracak setelah dimainkan Dahyun tadi.

“Ya, Oppa! Eodisseo?!” Dahyun ikut menegakkan dirinya dan mengernyit bingung. Hanbin tidak akan benar-benar meninggalkannya, bukan?

“Ke rumah Seunghee noona! Menanyakan apakah dia mau menikah denganku sebelum aku wajib militer.”

.

.

.

“YAAA! DANGSIN! KIM HANBIN! KAU MAU MATI?!” Hanbin tertawa terbahak-bahak. Bahkan nyaris tersedak tawanya sendiri ketika Dahyun langsung membuka matanya lebar-lebar dan melompat turun dari ranjang. Untung saja ia sudah berada di posisi siaga di dekat pintu kamarnya yang terbuka, jadi dia bisa menghindari amukan Dahyun yang mengerikan. Ketika Dahyun sudah siap melompat lagi dan menyerangnya, Hanbin dengan gerakan spontan langsung menarik gadis manisnya. Ia memeluk tubuh kesukaannya itu dengan penuh cinta.

 

Ya! Bagaimana aku bisa menikah dengan gadis lain jika jariku ini,” Hanbin mengangkat jari-jarinya, “only want to tenderly running through your hair, My Queen.”

 

Tolong bawa Kim Dahyun ke rumah sakit segera! Dia jelas-jelas sakit parah. Diabetes tiba-tiba menyerang dan meledakkan semburat merah di pipinya. Kim Hanbin!

 

.THE END.

 

Cafuné —from Brazilian Portuguese

The act of tenderly running your fingers through someone’s hair.

Comment?