a world that you've never met

[Chamomile] Black

[Chamomile] Black

(c)missfishyjazz

Kris Wu | Kang Jiyoung

Hurt || Song-Fic || PG-17

Inspired by G-Dragon Ft. Jennie Kim – Black

 Black

The color of my heart is black

It was burnt to black, just like that

I break glass whenever I feel like

And I look at my bloody hands and think, why am I like this why

 

Baju hitamnya mengkilap dilabur darah. Ia memecahkan deretan gelas gelas Persian itu lagi. Tidak peduli berapa ratus keringat yang pekerja perusahaannya teteskan, ia kini tak peduli lagi. Kemejanya tertekuk hingga siku, menampakkan sikunya yang tertusuk kaca dengan darah yang tak berhenti menetes sejak beberapa menit lalu.

Ia berjalan, duduk di salah satu kursi Mongolia yang masih benar posisinya di kamar hancurnya. Ia melihat tangannya yang pucat namun penuh luka, melihat baju kelamnya yang kini menyerap darah sang empunya sendiri.

Pintu kayu maha karya kamarnya tak berderak sama sekali. Padahal angannya berharap setelah semua ini akan ada seorang yang membuka pintu dingin itu, tentu bukan pelayannya.

 

Your smile is shining gold

But the way you speak, feel so cold

As time goes by, you’re becoming more like me

Sometimes I feel like karma is running after me, know

 

Gadis itu tersenyum lurus dan membalutkan perban paksa di tangan pria berwajah Aristokrat itu. Ia tak begitu menganggap penting ekspresi mengernyit yang pria itu berikan. Ia hanya memfokuskan tujuannya untuk menyelesaikan tugasnya secepat mungkin dan pergi dari tempat ini.

“Selesai.” Suaranya terdengar begitu dingin. Lurus tanpa nada. Ia membereskan semua alat medisnya dalam tas putih yang kontras dengan dominasi kamar ini termasuk gadis yang memilikinya.

“Apa kau akan pergi?” Pria itu menatap gadis berwajah datar itu penuh harap, dengan matanya yang memandang begitu seksama tidak peduli apa gadis itu merasa ada tekanan tertentu dalam tiap tatapannya.

“Seperti yang kau tahu.” Gadis itu selesai dengan perlengkapannya. Ia membenarkan gaun potongan sederhana yang ia pakai terburu-buru sewaktu menuju kamar ini.

“Tapi aku ingin kau tetap tinggal.” Kris—pria yang menyembunyikan sepanjang hidupnya dalam gelap itu—menarik tangan Jiyoung—gadis yang baru saja mengobati luka-lukanya—penuh intuisi. Seolah ada pesan yang berbeda di tiap gerakan yang ia lakukan.

 

Kris mencumbunya lembut dan membaringkan gadis itu bak kapas di atas ranjangnya yang mulai berderak. Kris meletakkan setiap perasaannya dalam pagutannya. Walau dalam sadarnya ia bisa merekam ekspresi datar yang tak berevolusi dari wajah Jiyoung.

 

Dan lagi.. perasaan sesak itu menyerang dadanya.

 

The real name of love is definitely hatred

Hope is the parent of disappointment and despair

Why didn’t I know that the shadow that has casted over my face

Was created from the light called, you

 

Kris membasuh wajahnya. Ia menoleh pada ranjangnya yang berantakan namun tak berpenghuni. Jiyoung lagi-lagi pergi tanpa pamit setelah waktu-waktu panjang yang—bagi Kris—penuh cinta dan hasrat.  Kris menyampirkan tangannya pada sandaran wastafel dan melihat wajahnya sendiri memantul seolah menunjuknya penuh tawa ironi. Matanya yang tajam menusuknya sendiri. Ini tidak seharusnya begini. Kris memukul wastafel dengan salah satu tangannya dan mendapati lukanya kembali membuka, mengalirkan darah yang baru saja tertutup.

 

Ia hendak berpaling ketika matanya mendapati sepasang sikat gigi yang masih berjajar berdampingan di tempatnya, di samping wastafel. Kris mengambil salah satunya, dengan ukiran ‘Kang’s’ di bawahnya. Didekatkannya benda itu ke hidungnya, kemudian ia menyikat giginya yang tak tahu apa salahnya dengan sikat yang sama.

 

“Sebegitu rindukah aku padamu?”

 

Jiyoung duduk di wastafel, menendang-nendang kakinya yang pendek ke udara sembari menatap Kris yang masih sibuk menyikat giginya. Jiyoung juga menyikat giginya. Karena apa yang Kris lakukan tentu Jiyoung lakukan. Gadis itu puas melakukan apapun itu sekalipun menyusahkannya asalkan bersama Kris, pria yang paling ia cintai.

Kris meletakkan sikat giginya dan berlalu tanpa menggubris keberadaan gadis yang menatapnya penuh puja. Tentu, Jiyoung mengikutinya. Walau nyeri meradang dadanya.

 

“Sebegitu rindukah aku padamu sampai-sampai tidak ada hal lain yang bisa aku lihat bahkan dari wajahku selain dirimu?”

 

It has been a while since the time between you and I have stopped

Misunderstanding is always the cause of pain

Well I don’t even know myself

So my hope for you to know me is a misunderstanding itself

 

Makan malam yang begitu hening. Seperti malam-malam sebelumnya. Seperti bulan-bulan sebelumnya. Selama nyaris setengah tahun ini. Kris menyantap makanan racikan tangan murni Italia di depannya tanpa nafsu. Ia menegak airnya dalam sekali gerakan dan mengalihkan pandangannya pada seorang gadis yang masih memfokuskan perhatiannya pada semangkuk salad. Ia tidak makan sendirian. Tentu, selama dua tahun ini ia tidak pernah menghabiskan makan malamnya sendirian, selalu ada gadis itu. Gadis yang sama namun telah berubah.

 

“Apa kau tidak berpikir untuk makan makanan lain selain salad di malam hari?” Kris ingin mengembalikan waktunya ke setengah tahun yang lalu ketika bahkan ia bisa mendengar keributan hanya dengan melihat gadis itu mengisi piringnya dengan segunung nasi.

Jiyoung mengangkat wajahnya, menatap Kris dengan sekali lirik dan kembali mengembalikan fokusnya pada salad yang tersisa.

“Tidak.”

Kris meneguk ludahnya pahit. Tidak ada yang berubah dalam penampakkannya, namun gadis itu sangat berubah. Dulu adalah keajaiban ketika ia bisa mendengar gadis super cerewet seperti Jiyoung diam barang beberapa menit saja. Namun sekarang ia lebih menginginkan telinganya memerah pekak ketimbang tenggelam dalam keheningan seperti ini.

“Tubuhmu sudah cukup proporsional untuk tipe yang kau inginkan, kurasa tidak perlu lagi melanjutkan diet itu.” Kris mencoba tersenyum, kaku dan sangat dipaksakan.

Kali ini Jiyoung hanya mengusap bibirnya dan berdiri dengan garis tubuh yang nampak begitu tegap. Tak lupa senyum tegar di bibirnya.

“Kurasa lebih sulit menjaga apa yang telah aku dapatkan ketimbang mendapatkannya. Aku tidak ingin kehilangan lagi.”

 

Kris menunduk sedih dan membiarkan Jiyoung menghilang di balik pintu kamar yang tentu berbeda dengannya. Gadis itu sengaja menyinggungnya. Jiyoung pernah kehilangan Kris dan sejak saat itu semuanya berubah. Bahkan ketika Kris membentangkan tangannya untuk kembali kepada Jiyoung. Dan hal itulah yang mengusik semua keceriaan yang pernah ada di rumah ini. Menggantinya dengan awan kelabu yang tidak pernah Kris atau Jiyoung bayangkan sekalipun.

 

People smile with an effort, hiding the truth

As if they’re happy

While hiding the lie in the word love

As if it will be forever

 

Pesta perusahaan berlangsung meriah. Seperti tahun demi tahun yang pernah Kris hadiri. Tapi ia pernah merasakan perbedaan. Tentu saja dengan gadis dalam rengkuhan tangannya sekarang. Dua tahun dan setahun lalu pesta ini terasa begitu lebih hangat dan menyenangkan dengan semua tingkah manja dan ceria yang Jiyoung tunjukkan untuk tamu undangan. Awalnya tentu orang-orang kaget dengan kehadiran Jiyoung yang nampak berbeda jauh dengan Kris. Jiyoung yang terbuka, penuh senyum, manja, dan bersahabat berbanding langit dan bumi dengan Kris yang cenderung tertutup, dingin, dan lebih sering menyendiri. Namun sekali lagi, pribadi Jiyoung yang seperti dulu itu telah membawa suasana lain juga bagi banyak orang yang menghadiri pesta ini.

 

“Kau lebih pendiam sekarang Jiyoung-ssi.” Salah seorang tamu yang berbicara dengan Jiyoung membuat Kris menoleh. Ia bahkan telah banyak berubah, jauh berubah.

“Benarkah? Aku hanya tidak dalam perasaan yang baik sekarang.” Jiyoung tersenyum. Tak perlu membuka matapun Kris tahu senyum itu perlu perjuangan berat untuk Jiyoung keluarkan. Tidak seperti senyum manisnya dulu yang seakan mudah ditebar dan mudah dilihat banyak orang.

Ahh.. Begitu. Baiklah aku pergi dulu Jiyoung-ssi, Kris-ssi, semoga bisa bertemu lagi di lain kesempatan. Semoga pernikahan kalian tetap diliputi dengan cinta.” Tamu setengah baya itu pergi meninggalkan mereka yang tersenyum kaku. Jiyoung menarik nafasnya dan memfokuskan tatapannya pada orang-orang yang berlalu lalang. Sebagian hendak menyapanya namun heran dengan air wajah Jiyoung yang terlihat lebih dingin dari setahun lalu.

 

Kris menarik pinggang Jiyoung dan mengecup bibir gadis itu pelan, ia mendekap Jiyoung yang berdiri tegang dengan nafas tertahan.

“Kumohon, kembalilah seperti dulu.” Kali ini Kris memilih merengkuh istrinya hangat dan membiarkan sederet tamu melihat mereka seperti pasangan suami-istri yang luar biasa harmonis… di topengnya.

 

The color of my gloomy world is black

The beginning and end change, black and white

People are cunning, sometime become delusional

Really why am I like this, why

 

“Kau pergi lagi dengan Son Dongwoon?” Kris terduduk di bawah lampu ruang tengah rumahnya yang temaram. Jiyoung melepas sepatu hak tingginya dengan sembarang dan menenteng benda itu di tangan kirinya.

“Seperti yang kau lihat, Sayang.” Jiyoung berjalan lambat ke arah Kris yang menatapnya tajam, menyimpan emosi titik tinggi di balik mata elangnya.

“Hentikan semua ini Jiyoung, apa yang akan orang-orang katakan jika mereka tahu kau berkencan dengan pria lain sementara kau telah bersuami?” Kris menghela nafasnya, meredakan dadanya yang terus bergemuruh. Hampir setiap malam ia melihat istrinya pulang dengan pria yang sama. Pria yang dulu sebelum pernikahannya memang sangat mengejar Jiyoung.

Jiyoung kini berdiri di depan suaminya dengan tubuh limbung beraroma alkohol dan senyum miring yang begitu kelam, “lalu apa yang dulu ayahku pikirkan tentang suami anaknya yang menghamili selingkuhannya bahkan hingga ajalnya menjemput, Sayang?” Kris membulatkan matanya. Dadanya lebih sesak dibanding melihat Dongwoon yang mengecup mesra istrinya beberapa menit lalu. Sementara Jiyoung melihatnya dengan sedih sekaligus kecewa. Luka yang ada dalam dirinya seperti begitu besar untuk terus menguburnya dalam Jiyoung yang sekarang. Jiyoung merunduk dan mengecup Kris dingin. Seolah menertawakan Kris, bahwa pria itu baru saja mencium bibir istrinya yang sebelumnya dicium selingkuhan istrinya.

 

Memutar Kris pada kejadian di masa lalu ketika hal yang sama ia lakukan pada Jiyoung hampir di setiap malam dalam perselingkuhannya dengan Jessica.

 

Those lips are red, just like red lies

As time goes by, the language between the two

The colors that each one has don’t mesh, yeah

 

Kris melihat sofa panjang rajutan asli Perancis yang dihadiahkan salah seorang rekannya di hari pernikahannya dua tahun lalu.

 

Oppa?” Jiyoung mengusap matanya  yang serasa masih ingin terus menempel. Namun kedatangan Kris harus membuatnya terjaga, setidaknya ia harus melayani apa yang suaminya inginkan malam ini, entah itu late-dinner atau hanya sekedar mandi dengan air hangat.

Jiyoung baru saja akan berdiri ketika ia menemukan bekas bibir kemerahan yang melekat di kerah kemeja suaminya. Matanya mengerjap-ngerjap dan berakhir dengan berair. Hatinya menjadi sesak.

“Apa oppa baru saja pulang dari rumah Jessica?”

Kris melihatnya dengan satu alis terangkat dan tersenyum miring, tak mempedulikan pertanyaan retoris gadis itu dan buru-buru mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur yang ia yakini sudah ada di ranjangnya. Kebiasaan gadis itu tentunya.

 

Dadanya terus bertambah sesak setiap saatnya. Ia tidak bisa menemukan ruang lagi untuk sekedar bernafas atau mendetakkan jantung. Semuanya terasa hitam dan begitu kelam baginya. Semuanya. Dirinya, hidupnya, Jiyoung, bahkan pernikahan mereka.

Langkahnya menuntun pria keturunan itu ke dalam walking closet yang menyimpan ratusan lembar pakaian berkelasnya. Tangannya menarik salah satu dari tumpukkan pakaian tidur di satu sudut rak.

Pakaian tidur warna neon dengan tulisan tulisan abstrak yang menghiasinya. Dulu ketika gadis itu memberikan benda ini padanya ingin sekali ia meremas gadis itu, apa gadis itu tidak tahu ia paling tidak tahan dengan warna-warna mencolok apalagi warna neon seperti ini? Namun kali ini ia tahu, bahwa kini hanya pakaian ini yang seperti berperan menjadi warna dari kehidupannya yang terlanjur hitam dan semakin lama semakin memadam dan pupus.

 

Kris membuka lipatan pakaian yang tidak pernah ia sentuh itu dan menemukan selembar kartu yang terjatuh dari selipan saku. Ia membacanya dengan hati yang langsung teriris.

 

Semoga menjadi warna lain dalam hidup, Oppa.

Istri yang sangat mencintaimu,

Kang Jiyoung^^

 

“Jika aku membutuhkanmu sekarang sebagai warna itu apakah kau mau, Jiyoung-aa?”

 

Since I’ve met you agony is the only thing left

Everyday is series of hills of hardships and temptation

Now I sing of breaking up, I tell you

This is my last confession

 

Jiyoung duduk diam di pelataran rumahnya melihat taman hijau yang begitu menyenangkan baginya. Dulu. Semua hal terasa begitu berbeda sekarang. Selama ini semua kebahagiaan sudah ia rancangkan untuk sebuah pernikahan yang ia dampakan sekalipun dalam satu tali perjodohan. Tapi ia harus sadar, happy ever after never exist, ia tidak hidup di negeri dongeng yang ia impikan. Ia hanya hidup di dunia yang memblokade seluruh kebahagiaannya. Dunia yang tidak pernah membiarkannya tersenyum dengan tulus, dunia yang merubahnya hingga sampai ketitik ini.

 

“Aku benar-benar tidak bisa meninggalkan Jessica.”

“Tapi ayahku benar-benar membutuhkanmu hanya untuk sekedar yakin bahwa suami anaknya tidak benar-benar menghamili selingkuhannya, Oppa.” Jiyoung terduduk menahan kaki Kris yang hendak melangkah pergi untuk menemui Jessica yang baru saja dilarikan ke rumah sakit setelah mengakui kehamilannya dihadapan keluarga besar Jiyoung dan Kris.

“Aku benar-benar tidak bisa. Aku akan mengikuti hati dan kebahagiaanku sekarang.” Jiyoung mengangkat wajahnya yang memendam kekecewaan sekaligus kepedihan yang begitu besar saat ini. Wajahnya seolah ditampar keras. Kris tidak pernah bahagia dengannya. Tidak pernah.

“Aku mohon, sekali ini saja, aku membutuhkan oppa hanya untuk menyelamatkan hidup ayahku, kondisi jantungnya semakin parah. Aku mohon. Setelah ini Oppa bisa kembali pada Jessica tapi aku mohon datang saja dan katakan pada ayah jika yang tadi dikatakan Jessica tidak benar. Aku mohon.” Kris menatapnya dingin dan mengibaskan kakinya kasar. Tak mempedulikan Jiyoung yang jatuh tersungkur menahan kepahitan yang semakin dalam.

“Aku tidak bisa.” Selanjutnya yang bisa Jiyoung lihat adalah Kris meninggalkannya dengan seluruh rasa hina yang pernah Jiyoung ketahui lebih sakit dibandingkan kematian. Jiyoung harus kembali tergeletak dalma tangis ketika menerima telepon dari ibunya yang mengatakan ayahnya baru saja menghembuskan nafas terakhir dalam penyesalan dan rasa bersalah yang begitu besar karena menikahkan putri semata wayangnya dengan pria yang salah.

 

Jiyoung mengusap air matanya yang jatuh satu persatu. Rasa sakit hatinya, kekecewaannya, terus bertambah setiap harinya. Hari-hari sepi yang harus ia lalui sendiri. Karena tak lama setelah kematian ayahnya, ibunya yang notabene begitu mencintai ayahnya menyusul pergi meninggalkannya di dalam dunia yang semakin bertambah kejam. Bahkan ketika di suatu waktu Kris kembali ke rumah mereka dengan semua keluh kesahnya tentang pengkhianatan Jessica ia tetap berdiri di satu sudut kesakitan yang tidak ingin ia tinggalkan dan mengubahnya begitu banyak.

 

Someday when I’m left at the edge of the world alone

I might miss you yeah

Someday when I’m tamed to the edge of sadness

I might regret at the end

 

Kris mengendarai mobilnya di atas kecepatan rata-rata. Jalan tol panjang di jam kerja memang begitu lengang. Ia menghilangkan arah dalam pikirannya. Ia menghilangkan tujuan dalam hidupnya untuk kali ini. Ia ingin berhenti dari semua kesakitan ini dan ingin merasakan kembali kebahagiaan yang pernah Jiyoung tawarkan padanya, namun kini tak mungkin lagi.

 

Sejujurnya ia tak lagi memiliki arah dalam pikirannya. Karena arah tujuannya untuk memberi satu saja kebahagiaan untuk Jiyoung seperti yang dulu pernah ia janjikan di depan altar suci telah hancur berkeping-keping sebelum sempat tertata dalma otaknya. Dan tujuan hidup? Semuanya telah pergi. Hilang dan mengabu seiring dengan perubahan drastis Jiyoung padanya dan pada hidup gadis itu sendiri.

 

Ketika satu titik air mata yang akrab dengannya belakangan ini jatuh di rahang dinginnya yang kokoh ia tersentak dari semua pikiran kelabu itu. Ia menyadari kenyataan yang begitu menyakitkan dan menjerumuskan pada mimpi buruk kehancuran hatinya dan Jiyoung.

 

“Jiyoung-aa..” Matanya mengerjap dan terus menyebut nama yang sama. Pedal gasnya mungkin hampir menipis karena tekanan tanpa henti yang Kris berikan untuk sekedar kecepatan tinggi. Berharap sakitnya masih bisa terbawa musnah dalam pasokkan kecepatan itu.  Di seberangnya mobil warna metalik yang begitu ia kenal membanting arah kearahnya. Menembus pagar pembatas arah yang seharusnya membuatnya berselisih angin dengan mobilnya.

 

Kris tersenyum hangat, untuk pertama kalinya setelah semua kesakitannya, “Jiyoung-aa apa dengan seperti ini aku bisa membuatmu bahagia?”

 

I’m going to go back to the way I came from, black

The summer when you and I were hot, it’s been too long

 

I’m going to go back to the way I came from, black

The summer when you and I were hot, it’s been too long

 

Jiyoung tidak sanggup lagi. Dadanya terasa begitu sakit. Ia tidak lagi sanggup untuk sekedar hidup dan menatap dirinya yang seperti ini. Ia ingin kembali ke masa dimana dirinya masih Kang Jiyoung yang sama yang mencintai Kris dengan seluruh hidupnya. Namun ia tahu ia telah mengambil jalan untuk melupakan pria itu. Mengambil jalan yang tak mengijinkannya kembali. Mengambil jalan kebencian yang salah, mengambil jalan pengkhianatan yang menerobos batas logikanya.

 

Ia ingin kembali, kembali dengan Kris yang menyambutnya dengan lebar. Kembali tanpa ada kebencian yang seperti ini. Kembali ke jalan yang seharusnya. Ia tidak sanggup lagi berdiri sebagai orang yang berbeda, namun semua luka yang pernah pria itu berikan selalu menutup semua jalannya kembali. Seolah melarangnya untuk kembali.

 

Jiyoung merasa airmatanya menguap dalam sebuah jalan kembali kepada kebahagiaan yang menyerbunya dengan terburu. Bersamaan dengan matanya yang menangkap mobil dengan kecepatan tak kalah tinggi dengannya yang memasuki pintu terowongan tol.

 

Tangannya mengikuti hatinya yang seolah meledak dalam satu kehangatan yang selalu ia rindukan di setiap waktu yang pernah ia mimpikan belakangan ini. Ia membanting kemudi, menabrak pembatas jalan dan menekan pedal gas jauh lebih dalam. Menyiapkan dirinya pada satu jalan kembali ke dalam pelukan pria yang begitu ia cintai, tanpa satupun penghalang yang mampu menutupi jalannya.

 

Oppa, apakah dengan ini kita bisa kembali seperti dulu?”

.

.

.

.

.

.

.

BRAAAKKK!!!

 

Fade away fade away fade away fade away

Fade away fade away fade away fade away

 

“.. Hingga berita ini diturunkan penyebab kecelakaan yang menewaskan anak CEO Líng Hé Company, Kris Wu (32) dan istrinya, Kang Jiyoung (26) masih belum diketahui dengan pasti.”

 

I miss you again today

Because you remain in my heart and I can’t erase you, really,

I’m hurting like this

 

Because I love you, tears fall

Because my heart hurts, tears fall again

In case I lose you again, in case I lose you again

My two eyes only look at you

 

Look at me, who loves you

Because tears fall like this, because tears keep falling,

Even if I’m born again, even if I’m born again, it’s you

 

I said that I hate the start of goodbyes

But if I love again, if I miss you, really,

Can you come back?

 

(Song Joong Ki – Really)

 

END.

 

BARAMBAMBAMBAMMMMMMM~~~~~~~~~~~~~~

/duh saya bikin anak exo mati lagi nih/ *hobisih* *tendang*

Seri kedua dari Chamomile sudah keluar saudara! Dari polling kemarin pasangan yang berhak mendapatkan kesempatan mengisi lagu ‘Alcbk’ alias “Black”.

Couple_3Blur

 

Couple_3

Yang mau protes kenapa Kris sama Jiyoung saya mati.in lagi *ini bukan kali pertama loh saya mati.in mereka* *bangga bener* jangan salahkan saya donggg… Kan saya udah bilang, jalan hidup idol kalian di ff saya kalian tentuin sendiri berdasarkan feeling *caripembelaan*

Jujur aja waktu bikin ini mood justru lagi happy makanya maaf kalau sedihnya gak dapet .-. HUWAHUWAAA Anyway setelah saya lihat lagi, saya tahu kenapa si couple C ini banyak yang pilih.-. Kris nya mencolok banget ya.-.

 

Oh dan sebenarnya ini cuma iseng sih, karena hari ini saya habis pelajaran mandarin terus iseng ngerangkai nama koreanya Kang Jiyoung ke mandarin. Nah kalau kalian coba tulis hangulnya Kang Jiyoung (강지영) terus di spasi semua *kan gak boleh tuh nulis nama di spasi* nanti hasil hanzi-nya akan jadi 灵河 dan hanyu pinyin-nya bakalan jadi ‘Líng hé’ atau dalam bahasa inggrisnya Sprit River. Nah nama perusahaan ini yang sebenarnya kalau kalian cermat bakalan jadi alasan perjodohan Jiyoung dan Kris yang sebenarnya sudah diatur orang tau Kris sama Jiyoung sejak lama.

 

Untuk episode selanjutnya dengan tema lagu ‘Dtnooftgreem’ akan diperankan oleh pasangan E. Jadi harap segera mulai menebak-nebak siapa si pasangan E ini dan lagu apa yang menjadi latar belakang kisah mereka ya 😉

 

Comment and Like allowed 🙂

5 responses

  1. Heeehhh, endingnya itu kok ngingetin aku sama Nice Guy TT.TT

    Karma yah.. still exist emang.

    Itu Krisnya emang paling jelas, siap-siap menangis deh kalau ada Chanyeol dan dia juga dimatiinXD

    October 9, 2013 at 8:25 am

    • iyepehhh naifah.-. itu emang inspired nya nice guy .-.
      matiin aja udah matiin xD

      October 9, 2013 at 4:36 pm

  2. yonjoo077

    Kris, yuk, tabrakan sama aku(?)

    Sedihnya ngena banget sih, Na… aku sampe ngerasa galau sendiri gara2 baca narasi dari kamu.
    Ada beberapa kata yang kesannya terlalu bertele-tele juga ._.v
    Heung… karakter Kris selalu begitu ya ._.

    Tapi ya ampunnnnnnnn TT^TT Kris lagi dibuat meninggal TT^TT Abangggggggg(?)

    Sayang, cakep-cakep dibuat meninggal .-.

    October 13, 2013 at 4:13 pm

    • Opo opoaan xD
      Terima kasih♥
      Oh ya.-. Maaf deh ce.- . Iyesss selaluu

      Yahh lumayan lahh
      Kalo dunia kebanyakan cowok cakep kan gak baik (?)

      Thanks ya ce ^^

      October 13, 2013 at 4:31 pm

  3. wah menyedihkan… Kris nya jahat sih dari awal, makanya ceweknya jadi ikutan jahat..
    arrgghhh /gigit kuping Kris/ -_____-

    October 23, 2013 at 1:12 pm

Comment?