a world that you've never met

[Chamomile] Don’t Forget Me

(c)missfishyjazz

Park Chanyeol | Jennie Kim

Friendship, Romance|| Song-Fic || PG-17

Inspired by Suzy – Don’t Forget Me

 Don't Forget Me

Do you hear my sad monologue?

These words that blame you

The name that becomes pain when I call it

You, you, you

Hari itu siang yang cukup hangat di awal musim dingin, ketika semua murid sibuk menenteng tas berat mereka di pundak dan Chanyeol hanya duduk menyendiri di pinggir lapangan. Ia mengutak atik kalender di ponselnya dengan malas. Hari ini ulang tahunnya. Ulang tahunnya yang terakhir di sekolah menengah akhir karena ujian kelulusan sudah di depan mata.

“Chanyeol!” Jinhwan datang dengan melambaikan tangan. Chanyeol hanya tersenyum segaris dan melihat Si Suara Emas itu berlari mendekat.

“Ada apa?” Suara berat dari tubuh bak jerapah itu menguar.

“Hari ini kami akan pergi makan, apa kau tidak ingin ikut? Hitung-hitung sebagai perayaan ulang tahunmu.” Jinhwan menunjuk ke arah Kai, Sehun, Hanbin, Seungyoon dan Taehyun yang menunggu di pinggir lapangan.

“Maaf. Aku ada urusan keluarga setelah ini.” Jinhwan tersenyum masam dan hanya mengangguk mengiyakan alasan Chanyeol. Iya, alasan. Kai, Sehun, Hanbin, Seungyoon, Taehyun, Chanyeol dan Jinhwan sudah bersahabat cukup lama. Dan bagi Jinhwan mengetahui Chanyeol selalu mangkir di hari ulang tahunnya adalah biasa sejak mereka masuk sekolah menengah atas.

“Ya sudah, aku pergi dulu. Salam untuk keluargamu.” Jinhwan memaksakan seulas senyum dan langsung berbalik menuju teman-temannya yang sudah memandang frustasi kepadanya.

Selepas kepergian teman-temannya Chanyeol meninggalkan lapangan melalui jalan samping. Jalan yang agak memutar dan cukup jauh untuk kembali ke rumahnya. Ia ingin memiliki sedikit lagi waktu untuk sendiri dan bercakap-cakap dengan angin yang mulai berhembus kencang. Chanyeol merogoh sakunya dan melihat ponselnya yang tetap diam tanpa satu panggilan atau pesan masuk apapun.

“Ini sudah ketiga kalinya aku seperti orang bodoh waktu ulang tahunku dan kau masih tak ingin mengabariku sedikitpun.” Chanyeol menutup aplikasi pesannya dan membiarkan matanya berlama-lama menatap wallpaper ponselnya.

“Jennie, aku merindukanmu.” Chanyeol mengusap foto seorang gadis yang tengah mengerucutkan bibirnya dengan raut merengut.

Hahh!! Chanyeol! Berhenti mengambil gambarku! Aku tidak mau!” Jennie mendorong ponsel Chanyeol yang sedari tadi terarah padanya dan mengeluarkan bunyi jepretan kamera.

“Ayolah Jennie, sekali saja kau foto dengan pose yang benar dan itu selesai.” Chanyeol masih memaksa dan Jennie masih enggan dipaksa.

“Tidak!”

“Jennie, ayolah..”

“Kubilang tidak ya tidak Chanyeol!” Jennie mengerucutkan bibirnya sebal dan duduk membelakangi sahabatnya. Chanyeol yang melihat hal itu bukannya merasa bersalah justru melingkarkan tangannya di pundak Jennie.. CREKK..

“CHANYEOL!!”

“Kenapa kamu begitu jahat?” Chanyeol menunjuk foto gadis itu dengan telunjuknya seolah gadis itu ada di depan matanya dan siap menerima omelannya.

“Kenapa kamu meninggalkanku begitu saja dan begitu lama?” Chanyeol masih menunjuk foto gadis itu bahkan sekarang menekan layar ponselnya tepat di bagian kening gadis itu.

“Kau tahu kan seberapa besar aku mencintaimu? Kau tahu itu! Tapi kau masih meninggalkanku sendirian di sini. Kamu memang gadis kejam. Aku membencimu Jennie.”

Chanyeol menendang batu di hadapannya dengan keras dan menghembuskan nafasnya kasar.

“Bagaimana aku bisa membencimu! Bagaimana aku bisa membencimu ketika dengan menyebut namamu saja aku sudah sangat merindukanmu! Tapi bagaimana aku bisa terus merindukanmu jika disaat yang sama aku menyebut namamu aku juga merasakan sakit yang sama selama tiga tahun ini!”

Chanyeol tidak mempedulikan teriakan kucing yang terjatuh ketika ia dengan kuatnya menendang tong sampah dengan tutup setengah terbuka hingga terjungkir tak karuan dan menuruni jalan yang memang menurun. Urusan siapa yang akan terkena sampah itu adalah urusan nanti, sekarang yang Chanyeol tahu adalah bagaimana tentang satu hari ulang tahunnya yang pasti akan terasa begitu konyol dan menyedihkan. Bukan penuh kebahagiaan seperti layaknya setiap manusia  yang berulang tahun.

If you are smiling at thoughts of me sometimes

I won’t have any more lingering attachments

So don’t forget me, me, me

Please remember me, me, me

Chanyeol memasukkan satu koin di mesin minuman terdekat ketika ia merasakan tubuhnya terlalu panas untuk menahan emosi di dadanya—Ohh, ia bahkan sudah lupa bahwa ini musim dingin—. Ia ingin sekali memarahi Jennie sekarang, tapi bagaimana bisa? Melihatnya lagi saja tidak pernah, apalagi memarahi gadis itu! Chanyeol duduk di salah satu bangku dan mengitarkan pandangannya ke sekitar. Ia langsung mengerjap begitu melihat dirinya dengan seragam sekolah menengah pertama tengah diseret paksa seorang gadis yang ia kenal

“Chanyeol ayoo!!” Jennie menarik tangan Chanyeol dengan paksa. Tidak peduli teman tinggi besarnya itu sudah mengeluarkan tampang tidak suka tapi Jennie tetap bersikeras memaksa.

“Apa yang ingin kau lakukan Jennie Kim?”
“Membeli minuman kaleng! Aku haus sekali! Ayo cepat!” Jennie mengapit tangan Chanyeol di sikunya dan langsung membuat bocah itu terdiam. Chanyeol menatap siku Jennie yang terkait manis dengan sikunya. Seperti sepasang kekasih  yang tengah berkencan. Chanyeol yang masih ukuran bocah langsung tersenyum malu dan merasakan wajahnya yang menghangat. Jennie memang sering menarik atau menggenggam tangannya, tapi mereka belum pernah sampai ke tahap dimana Jennie menautkan siku mereka seperti ini.

“Chanyeol?”

“Oh ya?” Chanyeol mendapati Jennie sudah melepaskan tangannya dan menyentuhkan kaleng minum dingin di keningnya.

“Apakah kau kerasukan arwah halus? Dari tadi kau terus tersenyum?” Chanyeol langsung ternganga dan membuat Jennie tersenyum puas karenanya. Sebenarnya ia ingin tertawa tapi melihat ekspresi Chanyeol yang begitu  tolol seperti ini hanya bisa membuatnya tersenyum dan menggelengkan kepalanya bingung.

Dan.. Entah kenapa lagi, senyum Jennie yang seperti ini langsung membuat Chanyeol kembali terdiam dan mensyukuri keberadaan Jennie sekali lagi. Chanyeol tidak mengerti apa yang salah dengan dirinya hari ini, tapi ia lebih ingin menuduh bahwa Jennie mengeluarkan pesona yang salah hari ini. Pesona yang selama sebelas tahun mereka bersahabat baru disadari pengaruhnya oleh Chanyeol saat itu.

Chanyeol tersentak. Semua bayangan itu, bayangan empat tahun lalu itu, tersentak dan memudar. Jennie dan Chanyeol dengan ukuran yang lebih kecil darinya itu seolah berlari pergi setelah membawa kenangan manis itu bagi Chanyeol. Chanyeol mengingat kembali bahwa hari itu adalah hari pertama di dalam hidupnya ketika ia menyadari ada perasaan lain yang terselip diantara persahabatannya dengan Jennie.

Chanyeol memandang kaleng minumannya dan menyadari satu hal konyol menyesakkan lagi hari ini, minuman yang ia minum hari ini atau dua ulang tahun terakhirnya selalu sama. Selalu sama dengan yang Jennie tempelkan pada keningnya hari itu. Minuman limun kesukaan gadis itu.

Farewell only comes once but why does longing come a lot?

I have never forgotten you for a single moment, I love you

Chanyeol memutari jalan-jalan yang ada sebelum tiba di rumahnya. Ia memilih sebuah jalan lebar yang nyaris tidak pernah ia lewati. Jalan besar tempat kediaman keluarga Jennie yang sangat kaya dulu tinggal. Rumah itu masih berdiri megah walau nampak kosong. Semua orang akan langsung menatap rumah itu karena kemegahan dan arsitektur Korea dan Eropa kuno yang terpadu dengan apik.

Chanyeol menoleh dan mendapati semua memorinya terkumpul kembali ke dalam otaknya ketika melihat itu. Ketika melihat Jennie kecil pertama kali, ketika pertama kali berkenalan dengannya sebagai tetangga pindahan, ketika bermain pertama kali, ketika mereka pergi keluar bersama, ketika pertama kalinya ia menjemput Jennie untuk ke sekolah, ketika pertama kalinya ia mengantar Jennie dari sekolah, ketika mereka pergi bersama ke Festival, semuanya menari-nari lagi dipikiran Chanyeol. Dan sialnya, itu membuatnya semakin merindukan gadis bersurai hitam itu.

“Jennie..”

Dan di akhirnya, hanya ada satu memori yang tersisa. Memori ulang tahunnya empat tahun lalu. Ketika Jennie mengajak Chanyeol makan bersama di halaman rumahnya seperti biasa, yang ternyata tidak biasa..

“Chanyeol..”

“Ya?” Chanyeol mengusap mulutnya yang penuh daging panggang dan saus yang berceceran.

“Aku akan pindah.”

“Pindah? Pindah apanya? Pindah tempat duduk?” Chanyeol masih memfokuskan matanya pada makanan yang belum ia cicipi dan sibuk mengurutkan dalam otaknya makanan apa yang setelah ini akan ia makan.

“Tidak. Aku akan pindah bersama Dad dan Mom ke California. Chanyeol menghentikan pikirannya dan melihat Jennie lurus-lurus.

“Aku tahu ini ulang tahunku, tapi jangan bercanda seperti itu Jennie, itu benar-benar tidak lucu.”

“Tapi aku memang benar-benar akan pindah setelah kelulusan nanti. Aku sudah mendaftar pada sebuah sekolah seni di sana dan Dad sudah bisa mengalihkan pekerjaannya di sini kesana.”

“Tapi kenapa?” Chanyeol nyaris berkaca-kaca ketika Jennie melepaskan tatapan mereka dan menatap kejauhan, ke arah pohon yang berada di luar pagar belakang rumahnya.

“Nenekku sakit dan beliau menginginkan kehadiran putrinya di sana, selain itu ayah juga tidak keberatan membuka bisnis baru di California.”

“Tapi kamu bisa tetap di sini kan?” Chanyeol masih bersikeras bahwa berpisah dengan Jennie yang merupakan teman sehidup sematinya ini bukan hal yang benar.

“Tapi aku masih 16 tahun Chanyeol dan aku adalah anak tunggal, Mom tidak ingin berpisah denganku.”

“PENGKHIANAT!!” Chanyeol melempar piring marmernya ke tanah berumput di depannya tidak peduli apakah piring puluhan ribu won itu akan pecah atau apa. Ia berlari meninggalkan rumah Jennie dan sejak saat itu, ia tidak pernah kembali dan melihat Jennie lagi.

 

“Jennie, kapan kamu akan kembali?” Chanyeol mengusap sesuatu yang turun dari matanya dan membuat pandangannya menjadi terganggu. Pria tidak boleh menangis, tidak.

Is it so? Are you really completely fine?

You, you, you

“CHANYEOL!” Ibu Chanyeol nyaris melenyapkan nyawa putranya jika Chanyeol tidak refleks memegang pegangan tangga. Ibunya memang hobi sekali berteriak, mungkin itu alasan Jennie dan ibunya sangat akrab. Mereka memiliki terlalu banyak kesamaan.

“Ada apa bu?”

“Darimana saja kau? Kenapa baru tahu?” Chanyeol memiringkan kepalanya, tidak biasa-biasanya ibunya mengomeli keterlambatannya yang tidak terlalu lama ini. Atau mungkin karena ini adalah hari ulang tahunnya?
“Aku dari sekolah, aku hanya mampir sebentar untuk membeli minum tadi.”

Ahh! Kau ini dasar! Baru saja Ibu menerima telepon untukmu, sayangnya kau belum pulang!” Ibunya berkacak pinggang dan menatap Chanyeol sebal.

“Memang siapa yang meneleponku, Bu?”

“Jennie!”

Chanyeol yang sudah ingin menaiki satu anak tangga memutar matanya dan menatap ibunya tidak percaya.

“Jennie?”

“Ya! Kau menyesal kan Anak Badung?!”

“Untuk apa dia menelepon kemari?”

“Tentu saja mengucapkan selamat ulang tahun untukmu! Dia sebenarnya juga ingin minta maaf karena tidak menghubungimu untuk waktu yang lama, tapi karena kau tidak ada dia hanya memberi kabar bahwa ia baik-baik saja sekarang dan menitipkan selamat ulang tahun untukmu!” Ibunya selesai berpidato dan meninggalkan Chanyeol sendiri termangu di tangga. Jennie Kim baru saja meneleponnya. Orang yang baru ia rindukan, orang yang tidak pernah hilang dari pikirannya, orang yang baru ia datangi rumahnya menghubunginya setelah sekian lama.

Chanyeol bergegas turun ke lantai bawah, mengambil gagang telepon rumahnya dan mencari nomor panggilan terakhir di daftar panggilan masuk. Tanpa memikirkan berapa biaya percakapan luar negeri yang akan ia habiskan Chanyeol menghubungi sebuah nomer dengan kombinasi asing.

“Halo.. Apakah ini Jennie Kim?”

Ohh.. Excuse me sir, can I help you? We are a public telephone service for California.”

“Public telephone service?”

“Yes, you just do an incoming calls to a public telephone number.”

Could I find out who the last time using this number?”

“I’m sorry sir, you’re connecting to a public phone which is a regular public telephone, which isn’t located in the area with CCTV cameras. We couldn’t find the data of people who used this telephone last time.”

“Oh okay. Thank you.”

Chanyeol menutup teleponnya. Apakah Jennie tidak ingin menerima telepon darinya hingga ia menggunakan telepon umum? Atau memang Jennie hanya sekedar iseng mengatakan selamat ucapan selamat ulang tahun untuknya?

‘Kan lebih baik dia tidak usah mengatakan apapun.. Apakah Tuhan hanya menginginkan aku tahu keadaanmu baik-baik saja, Nona Kim?

I’m not asking to do a love that has already passed

I just wish you would remember my love

Chanyeol memanjat dinding rumah Jennie. Hal yang ia lakukan setiap ulang tahunnya setelah kepindahan Jennie. Ia membawa sekantung masakan yang selalu sama tiga tahun ini. Makanan yang ia makan terakhir kali bersama Jennie, daging panggang, sosis panggang, jagung bakar, strawberry chessecake dan jus jeruk.

Seperti biasa, ia duduk di bangku  terakhir yang ia pakai empat tahun lalu, membuka semua makanan di meja kecil di sampingnya, menikmatinya sampai habis sembari menatap pohon yang semakin menua di balik pagar rumah megah itu dan menjelang tengah malam ia akan pulang.

Chanyeol sudah duduk dengan mengunyah salah satu sosis panggangnya ketika sebuah bintang yang berkelip-kelip seolah melesat jatuh ke sebuah arah di tempat nun jauh. Chanyeol meletakkan piringnya, menggenggam tangannya erat dan secara spontan mengucapkan permohonannya pada bintang jatuh itu.

“Walau Jennie tidak kembali dan tidak memiliki perasaan yang sama denganku, bisakah Tuhan mengijinkan dia tetap mengingatku untuk selamanya?”

Don’t forget me

Love me

I have never forgotten you for a single moment, I love you, I love you

Chanyeol membuka matanya dan menatap langit yang tetap tenang dengan sejuta bintang yang berkedip cantik di atasnya. Ia hanya berharap salah satu bintang yang dekat dengan bintang jatuh itu akan menjaga Jennie agar tetap mengingatnya selalu.

“Aku pikir dari sekian banyak hal yang aku tahu tentangmu  aku belum mengetahui kau suka menyelinap masuk ke rumah orang.”

Tringg..

Piring dan garpu besi yang ada dalam genggaman Chanyeol terjatuh begitu seseorang menyentaknya dengan sebuah sindiran dari belakang. Dengan berat ia memutar kepalanya dan mendapati seseorang berjalan dari kegelapan, seseorang dengan wangi yang masih sama selama beberap tahun dan seseorang dengan khas suara yang sama.

“Jennie?” Chanyeol mendapati gadis itu tersenyum dengan membawa sebuah kue lengkap dengan lilin-lilin yang menyala di atasnya. Chanyeol nyaris mati serangan jantung jika saja Jennie tidak langsung memeluknya hangat dan semena-mena menciumnya di pipi.

Dad berusaha menghubungi rumahmu dengan sebuah nomer telepon umum, ia hanya ingin menanyakan apakah putri super manisnya sudah tiba di Korea dengan selamat atau belum. Karena aku mengatakan akan datang ke sini untuk menjumpaimu.”

Ehh? Kau..”

“Aku berada di depan pintu rumahmu tidak sore dan nyaris ingin tertawa karena pronunciation-mu yang sangat aneh.” Jennie tertawa kecil dan menepuk bahu Chanyeol lembut.

Ahh..” Chanyeol mengusap tengkuknya bingung, ada apa ini? Ia masih tidak bisa menerima realita paling membahagiakan abad ini jika Jennie berada di sini.

Jennie kemudian mengingat kue yang masih berada di tangan kirinya, tersenyum, dan langsung mengangkat kue itu setinggi dada Chanyeol.

“Jadi Park Chanyeol, aku ucapkan selamat ulang tahun. Kau boleh meniup lilinmu, membuat permohonan di ulang tahunmu yang ke-19 ini, dan karena kau sudah cukup dewasa, kau boleh mengungkapkan perasaanmu padaku.”

“Ya..” Chanyeol hanya pasrah dan langsung meniup lilin ketika sadar Jennie sudah nyaris mati tertawa di depannya, “YAK JENNIE KIM! BAGAIMANA KAU BISA MENGATAKAN HAL ITU!”

.END.

 

Maaf karena keterlambatan yang super-duper-terlambat. Windows saya kemarin crash, jadi ada beberapa hal yang musnah termasuk nyaris semua FF TT.TT AUTUMN’S TWILIGHTNYA JUGAAA MASAAA SAYA DEPRESI PADAHAL UDAH BIKIN SAMPE PART 11 NIATNYA MAU SCHEDULE SCHEDULE DOANG TIBA TIBA ILANG!!!

Salah saya juga sih.-. FF hampir semua kesimpen di drive C, nggak kaya file lain di drive E TT.TT Sedih TT.TT

Ehehehehehe, akhirnya saya bisa lepas dari sad-ending-story. Akhir cerita ini rada ribet buat saya bikinnya :”) dalam hati soalnya harus selalu mikir “gak boleh sad gak boleh sad harus hepi harus hepi” 😆

Oh di bawah ini hint nya untuk FF ini + yang sudah nggak blur (tapi sebenarnya juga banyak yang udah tahu sih) :

Couple_5Blur

Couple_5

Hihihihi, okayzz, selamat membaca! Komentar, saran, kritik, like ditunggu! Zaijian!!

NEXT : B – Eslapeleltem – 19 vote

9 responses

  1. Hi Nana 🙂

    Akhirnya… Chanyeol jadi main cast di ff kamu, meskipun ini nggak sad ending (minta digampar) dan awalnya greget sendiri mau baca apa nggak karna pairing sama artis tapi yah… ini kan cerita fiksi 😀

    Tapi tetap saja, meskipun happy ending tetap saja bikin galau >< Sabar aja deh, namanya juga cobaan 🙂

    Fighting Nana! Thanks yah udah buat ff ini, jadi hiburan tersendiri sehabis pulang latihan 😀

    November 2, 2013 at 7:34 pm

    • Wuakakakkaak
      Saya sudah menduga kamu pasti bakalan komen xD

      Ihhhhh jealous yaaaa 😆

      Ehh latihan apa?

      November 3, 2013 at 6:17 am

      • Iyadong, saya kan nana stan (?)

        Hehehe, latihan paskibra buat lomba><

        November 3, 2013 at 7:25 am

      • ihh saya punya fans nihh xD
        *mayuhh*
        xD

        wehh sukses yaa ^^ nana punya ukuran badan terlalu mini jadi nggak bisa ikut begituan.-.

        November 3, 2013 at 11:15 am

      • *no comment*

        Loh, Paskibra nggak kenal soal masalah fisik yg tinggi, pendek, kurus, gemuk, hitam, putih dll kok 🙂 Cuman untuk ukuran kamu kalau udah dalam barisan masuk bagian belakang._. Masuk aja gih, seru kok ^^ *promosi*

        November 3, 2013 at 5:06 pm

      • uahahahaha xD

        paskib sekolahku tinggi, jadi posturnya mesti sama.-. nah aku aja 160 kagak nyampe.-.

        aku lebih milik masuk biologi club atau sastra’s home kalau di sekolah.-.

        November 3, 2013 at 8:52 pm

  2. yonjoo077

    ABANG CHANYEOLLLL~

    Di tengah-tengah aku udah mau nangis bacanya gara-gara sambil dengerin Miss A – Hush :”

    Tapi untunglah, happy ending~

    Dan omong-omong aku rasa di atas masih ada beberapa tanda baca yang “menghilang”, Na… ._.

    November 10, 2013 at 1:16 pm

    • buset ada yang teriak teriak sampe an xD

      hahhh hush hush hush baby xD
      ehehehe

      oh iya mapa deh ce.-.
      nana itu buatnya ada yang udah dari lama, ada yang baru hari h publish baru nana kerjain lagi eheheh 😀

      November 10, 2013 at 7:38 pm

  3. Heol, aku kira awalnya Jennie udah mati. Sempet nggak rela, eh taunya…. Aduh Na XD
    Percakapannya di ending pas banget, soalnya dalam bayanganku Jennie emang ceplas ceplos dan teges gitu. Hihihi. Semangat!

    December 14, 2013 at 9:55 pm

Comment?